Advertisement

Responsive Advertisement

MAKALAH PERKEMBANGAN ISLAM DINASTI ABBASIYAH LENGKAP



KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan ke hadirat allah SWT. Berkat rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan sebaik-baiknya.
Kemudian dari pada itu shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada nabi Muhammad Saw. Semoga dengan banyaknya kita mengucapkan salam kepada beliau tergolonglah kita umat yang mendapat syafaat nya nanti amin.
Kami menyadari bahwa makalah ini belum sempurna. Oleh karena itu, semua kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan makalah ini akan kami terima dengan senang hati. Semoga keberadaan makalah ini bermanfaat.




Penulis


















BAB I
PEMBAHASAN
Peradaban Islam pada masa Dinasti Bani Abbasiyah
A.    Sejarah Berdirinya Bani Abbasiyah
Dinasti Abbasiyah didirikan pada tahun 132 H/750 M oleh Abul Abbas Ash-shaffah, dan sekaligus sebagai khalifah pertama. Kekuasaan Bani Abbas melewati rentang waktu yang sangat panjang, yaitu lima abad dimulai dari tahun 132-656 H/750-1258 M. Berdirinya pemerintahan ini dianggap sebagai kemenangan pemikiran yang pernah dikumandangkan oleh bani Hasyim (alawiyun ) setelah meninggalnya Rasulullah dengan mengatakan bahwa yang berhak berkuasa adalah keturunan Rasulullah dan anak-anaknya.
Kelahiran bani Abbasiyah erat kaitannya dengan gerakan oposisi yang di lancarkan oleh golongan syi’ah terhadap pemerintahan  Bani Umayyah. Golongan Syi’ah  selama pemerintahan Bani Umayyah merasa tertekan dan tersingkir  karena kebijakan-kebijakan yang di ambil pemerintah. Hal ini bergejolak sejak pembunuhan terhadap Husein Bin Ali dan pengikutnya di Karbela.
Gerakan oposisi terhadap Bani Umayyah dikalangan orang syi’ah dipimpin oleh Muhammad Bin Ali, ia telah di bai’ah oleh orang-orang syi’ah sebagai imam. Tujuan utama dari perjuangan Muhammad Bin Ali untuk merebut kekuasaan dan jabatan khalifah dari tangan Bani Umayyah, karena menurut keyakinan orang syi’ah keturunan Bani Umayyah tidak berhak menjadi imam atau khalifah, yang berhak adalah keturunan dari Ali Bin Abi Thalib, sedangkan bani umayyah bukan berasal dari keturunan Ali Bin Abi Thalib. Pada awalnya  golongan ini memakai nama Bani Hasyim, belum menonjolkan nama Syi’ah atau Bani Abbas, tujuannya adalah untuk mencari dukungnan  masyarakat. Bani Hasyim yang tergabung dalam gerakan ini adalah keturunan Ali Bin Abi Thalib dan Abbas Bin Abdul Muthalib. Keturunan ini bekerjasama untuk menghancurkan Bani Umayyah.

Strategi yang digunakan untuk menggulingkan Bani Umayyah ada dua tahap :
1.      Gerakan secara rahasia
Propoganda Abbasiyah dilaksakan dengan strategi yang cukup matang sebagai gerakan rahasia, akan tetapi Imam Ibrahim pemimpin abbasiyah yang berkeinginan mendirikan kekuasaan Abbasiyah, gerakannya diketahui oleh khalifah Umayyah terakhir, Marwan bin Muhammad. Ibrahim akhirnya tertangkap oleh pasukan dinasti umayyah dan dipenjarakan di Haran sebelum akhirnya di eksekusi. Ia mewasiatkan kepada adiknya Abul Abbas untuk menggantikan kedudukannya ketika ia telah mengetahui bahwa ia akan di eksekusi dan memerintahkan untuk pindah ke kuffah.
2.      Tahap terang-terangan dan terbuka secara umum
Tahap ini dimulai setelah terungkap surat rahasia Ibrahim bin Muhammad yang ditujukan kepada Abu Musa Al-Khurasani Agar membunuh setiap orang yang berbahasa Arab di Khurasan. Setelah khalifah Marwan bin Muhammad mengetahi isi surat rahasia tersebut ia menangkap Ibrahim bin Muhammad dan membunuhnya. Setelah itu pimpinan gerakan oposisi dipegang oleh Abul Abbas Abdullah bin Muhammad as-saffah, saudara Ibrahim bin Muhammad.
Setelah Abul Abbas resmi menjadi khalifah ia tidak lagi mengambil Damaskus sebagai pusat pemerintahan tetapi ia memilih Koufah sebagai pusat pemerintahannya, dengan beberapa pertimbangan sebagai berikut:
a.       Para pendukung Bani Umayyah masih banyak yang tinggal di Damaskus
b.      Kota Koufah jauh dari Persia, walaupun orang-orang Persia merupakan tulang punggung Bani  Abbas dalam menggulingkan Bani Umayyah
c.       Kota Damaskus terlalu dekat dengan wilayah kerajaan Bizantium yang merupakan ancaman bagi pemerintahannnya, akan tetapi pada masa pemerintahan khalifah Al-Mansur (754-775 M ) dibangun kota Baghdad sebagai ibu kota Dinasti Bani Abbas yang baru

B.     Masa kekuasaan Bani Abbasiyah
Selama dinasti Bani Abbasiyah berdiri pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, sosial, dan budaya. Berdasarkan pola pemerinthan itu, para sejarawan biasanya membagi kekuasaan Bani Abbasiyah pada empat periode :
1.      Masa Abbasiyah I, yaitu semenjak lahirnya dinasti Abbasiyah tahun 132 H/750 M sampai meninggalnya khalifah Al-Watsiq 232 H/847 M.
2.      Masa Abbasiayah II, yaitu mulai khalifah Al-Mutawakkil pada tahun 232 H/847 M sampai berdirinya Daulah Buwaihiyah di Baghdad tahun 334 H/946 M.
3.      Masa Abbasiyah III, yaitu dari berdirinya Daulah Buwaihiyah tahun 334 H/946 M sampai masuknya kaum Saljuk ke Baghdad Tahun 447 H/1055 M
4.      Masa Abbasiyah IV, yaitu masuknya kaum saljuk di Baghdad tahun 447 H/1055 M sampai jatuhnya Baghdad ketangan bangsa Mongol dibawah pimpinan Hulagu Khan pada tahun 656 H/1258 M.

C.    Masa Kejayaan Peradaban Bani Abbasiyah
Pada periode pertama pemerintahan Bani Abbasiyah mencapai masa keemasan, secara politis para khalifah memang orang-orang yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan politik sekaligus Agama. Disisi lain kemakmuran masyarakat mencapai tingkat tertinggi. Periode ini juga berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan Filsafat dan ilmu pengetahan dalam Islam.
Peradaban dan kebudayyan Islam berkembang dan tumbuh mencapai kejayaan pada masa Bani Abbasiyah. Hal tersebut dikarenakan pada masa ini Abbasiyah lebih menekankan pada perkembangan peradaban dan kebudayaan Islam dari pada perluasan wilayah. Disinilah letak perbedaan pokok dinasti Abbasiyah dengan dinasti Umayyah.
Puncak kejayaan dinasti Abbasiyah terjadi pada masa khalifah Harun Al- Rasyid (786-809 M) dan anaknya Al-Makmun (813-833 M). Ketika Al-Rasyid memerintah, negara dalam keadaan makmur, kekayaan melimpah, keamanan terjamin walaupun ada juga pemberontakan dan luas wilayahnya mulai dari Afrika Utara sampai ke India.
Lembaga pendidikan pada masa Bani Abbasiyah mengalami perkembangan dan kemajuan yang sangat pesat, hal ini sangat ditentukan oleh perkembangan bahasa Arab, baik sebagai bahasa administrasi yang sudah berlaku sejak Bani Umayyah, maupun sebagai bahasa pengetahuan, selain itu juga ada dua hal yang tidak terlepas dari kemajuan ilmu pengetahuan yaitu :
1.      Terjadinya asimilasi antara bahasa Arab dengan bahasa bangsa lain yang telah lebih dulu mengalami kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan. Pada masa Bani Abbas, bangsa-bangsa non-Arab banyak yang masuk Islam. Asimilasi berlangsung secara efektif dan bernilai guna. Bangsa-bagssa itu memberi saham tertentu bagi perkembangan ilmu pengetahuan dalam Islam. Pengaruh Persia sangat kuat dalam bidang ilmu pengetahuan. Disamping itu, bangsa Persia banyak berjasa dalam perkembangan ilmu, filsafat, dan sastra. Pengaruh India terlihat dari bidang kedokteran, ilmu matematika, dan astronomi. Sedangkan pengaruh Yunani terlihat dari terjemahan-terjemahan di berbagai bidang ilmu, terutama Filsafat.
2.      Gerakan penerjemahan berlangsung selama tiga fase. Fase pertama, pada masa khalifah Al-Mansyur hingga Hasrun Al-Rasyid. Pada fase ini yang banyak diterjemah adalah buku-buku dibidang ilmu Astronomi dan Mantiq. Fase kedua terjadi pada masa khalifah Al-Makmun hingga tahun 300 H. Buku-buku yang banyak diterjemah adalah bidang filsafat, dan kedokteran. Dan pada fase ketiga berlangsung setelah tahun 300 H, terutama setelah adanya pembuatan kertas. Selanjutnya bidang-biadang ilmu yang diterjemahkan semakin meluas.
Di zaman khalifah Harun al- Rasyid (786-809 H) adalah zaman yang gemilang bagi
Islam. Zaman ini kota baghdad mencapai puncak kemegahannya yang belum pernah dicapai sebelumnya, Harun sangat cinta pada sastrawan, ulama, Filosof yang datang dari segala penjuru ke Baghdad. Salah satu pendukung utama tumbuh pesatnya ilmu pengetahuan tersebut adalah didirikannya pabrik kertas di Baghdad. Orang Islam pada awalnya membawa kertas dari Tiongkok, usaha pembuatan kertas erat kaitannya dengan perkembangan Universitas Islam.
Popularitas Bani Abbasiyah ini juga ditandai dengan kekayaan yang dimanfaatkan oleh khalifah Al-Rasyid untuk keperluan sosial seperti Rumah sakit, lembaga pendidikan dokter, dan faramasi didirikan, dan pada masannya telah ada sekitar 800 orang dokter, selain itu pemandian-pemandian umum didirikan. Kesejahteraan sosial, kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan serta kesusastraan berada pada zaman keemasannya. Pada zaman inilah negara Islam menempatkan dirinya sebagai negara  terkuat dan tak tertandingi.
Adapun ilmu pengetahuan yang berkembang pada masa Bani Abbasiayah adalah sebagai berikut :
a.       Ilmu Kedokteran
Pada mulanya Ilmu Kedokteran telah ada pada saat Bani Umayyah, ini terbukti dengan adannya sekolah tinggi kedokteran Yundisapur dan Harran. Dinasti Abbasiyah telah banyak melahirkan dokter terkenal diantaranya sebagai berikut
b.      Ilmu tafsir
Pada masa ini muncul dua alirang yaitu ilmu tafsir Al-matsurdan Tafsir Bir ra’yi, aliran yang pertama lebih menekan pada ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadist dan pendapat tokoh-tokoh sahabat. Sedangkan aliran tafsir yang kedua lebih menekan pada logika ( rasio ) dan Nash. Diantara ulama tafsir yang terkenal pada masa ini adalah Ibnu Jarir al-Thabari (w.310 H) dengan karangannya jami’ al-bayan fi tafsir Al-Qur’an, Al-Baidhawi dengan karangannya Ma’alim al-tanzil, al-Zakhsyari dengan karyanya al-kassyaf, Ar-Razi(865-925 M) dengan karangannya al-Tafsir al-Kabir, dan lain-lainnya.
c.       Ilmu Hadist
Pada masa pemerintahan khalifah Umar Bin Abdul Aziz (717-720 M) dari Bani Umayyah sudah mulai usaha untuk mengumpulkan dan membukukan Hadist. Akan tetapi perkembangan ilmu hadist yang paling menonjol pada amasa Bani Abbasiyah, sebab pada masa inilah muncul ulama-ulama hadist yang belum ada tandingannya sampai sekarang. Diantara yang terkenal ialah Imam Bukhari             (W.256 H) ia telah mampu mangumpulkan sebanyak 7257 Hadist dan setelah diteliti terdapat 4000 hadist Shahih dari yang telah berhasil dikumpulkan oleh imam Bukhari yang disusun dalam kitabnya Shahih Bukhari. Imam Muslim ( W. 251 H) terkenal sebagai seorang ulama hadist dengan bukunya Shahih Muslim, buku karangan imam Bukhari dan Muslim diatas lebih berpengaruh bagi umat Islam dari pada buku-buku hadist lainnya, seperti Sunan Abu Daud oleh Abu Daud ( W.257 H) sunan Al- Turmizi oleh imam Al-Turmizi(W.287 H) Sunan Al-Nasa’i oleh Al-Nasa’i ( W.303 H) dan sunan Ibnu-Majah oleh Imam Ibnu Majah ( W.275 H) keenam buku hadist tersebut lebih dikenal dengan sebutan Al- Kutub Al-Sittah.
d.      Ilmu Kalam
Bukanlah hal yang berlebihan jika dikatakan pada masa Bani Abbasaiyah merupakan dasar-dasar Ilmu Fiqh. Ilmu ini disusun oleh ulama-ualama yang terkenal pada masa itu dan masih besar pengaruhnya sampai sekarang, Diakalangan Ulama Ahlu al-Sunnah wal jamaah. Muncul Imam Abu Hanifah(810-150 H) yang lebih cendrung memakai akal (rasio) dan Ijtihad, Imam Malik Bin Anas (93-179 H) yang lebih cendrung memakai hadist dan menjauhi sampai batas tertentu pemakaian Rasio, Imam Syafi’i (150-204 H) yang berusaha mengkompromikan aliran Ahl al-Ra’yi, dengan Ahl al-Hadist dalam Fiqh, dan Imam Ahmad bin Hambal(164-241 H) yang merupakan tokoh aliran Fiqh yang keras, ketat dan kurang luwes dari aliran-aliaran fiqh yang lainnya. Buku karang mereka masih dapat kita temukan sampai sekarang yaitu al-muawatta,al-umm, al-risalah, dan sebagainya.
e.       Ilmu Tashawuf
Dalam bidang ilmu Tashawuf juga muncul ulama-ulama yang terkenal pada masa pemerintahn Daulah Bani Abbasiyah. Imam Al-Ghazali sebagai seorang ulama sufi pada masa Daulah Bani Abbasiyah meninggalkan karyanya yang masih beredar sampai sekarang yaitu buku Ihya’ Al-Din, yang terdiri dari lima jilid.  Al-Hallaj (858-922 M) menulis buku tentang Tashawuf yang berjudul Al-Thawasshin,          Al-Thusi menulis buku al-lam’u fi al-Tashawuf, Al-Qusyairi (W. 465 H) dengan bukunya al-risalat al-Qusyairiyat fi il’m al-Tashawuf.

f.       Ilmu Matematika
Terjemahan dari bahasa asing ke bahasa Arab menghasilkan karya dibidang matematika. Diantara ahli matematika islam yang terkenal adalah Al-Khawarizmi, adalah seorang pengarang kitab Al-Jabar wal Muqabalah (ilmu hitung) dan penemu angka Nol. Tokoh lainnya adalah Abu Al-Wafa Muhammad Bin Muhammad Bin Ismail Bin Al-Abbas terkenal sebagi ahli ilmu matematika.
g.      Ilmu Farmasi
Diantara ahli farmasi pada masa Bani Abbasiyah adalah Ibnu Baithar, karyanya yang terkenal adalah Al-Mughni (berisi tentang obat-obatan), jami’ al-mufradat al-adawiyah (berisi tentang obat-obatan dan makanan bergizi).

D.    Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Kemunduran Bani Abbasiyah
Menurut W. Montgomery, bahwa beberapa faktor penyebab kemunduran Bani Abbasiyah adalah :
1.      Luasnya wilayah kekuasaan Bani Abbasiyah, sementara komunikasi pusat dengan daerah sulit dilakukan. Bersamaan dengan itu, tingkat saling percaya antara penguasa dan pelaksana pemerintah sudah sangat rendah.
2.      Dengan profesionalisasi angkatan bersenjata, ketergantungan khalifah kepada mereka sangat tinggi.
3.      Keuangan negara sangat sulit karena biaya yang dikeluarkan untuk tentara bayaran sangat besar. Pada saat iu kekuatan militer menurun, khalifah tidak sanggup memaksa pengiriman pajak ke Baghdad.
Sedangkan menurut Dr. Badri Yatim, M. A diantara hal yang menyebabkan kemunduran Daulah Bani Abbasiayah Adalah :
1.      Persaingan antar bangsa
Khalifah Abbasiyah didirikan oleh Bani Abbas yang bersekutu dengan orang-orang Persia, persekutuan dilatar belakangi oleh persamaan nasib pada saat pemerintahan Bani Umayyah, keduanya sama-sama tertindas. Setelah dinasti Abbasiyah berdiri Bani Abbas tetap mempertahankan persekutuan itu. Pada masa ini persaingan antar bangsa menjadi pemicu untuk saling berkuasa. Kecendrungan masing-masing bangsa untuk berkusa telah dirasakan sejak awal pemerintahan Bani Abbas.
2.      Kemerosotan Ekonomi
Khalifah Abbasiyah juga mengalami kemerosotan Ekonomi bersamaan dengan Kemunduran dibidang Politik. Pada periode pertama, pemerintahan Bani Abbasiyah merupakan pemerintahan yang kaya, dan keuangan yang masuk lebih besar dari pada yang keluar, sehingga Baitul Mal penuh dengan Harta. Setelah khalifah mengalami periode kemunduran , pendapatan negara menurun, dengan demikian terjadi kemerosotan ekonomi.
3.      Konflik Keagamaan
Fanatisme keagamaan berkaitan erat dengan masalah kebangsaan. Pada periode Abbasiyah , konflik keagamaan yang muncul menjadi isu sentra sehingga terjadi perpecahan. Berbagai Aliran keagaam seperti Mu’tazillah, Syi’ah, Ahlus sunnah, dan kelompok-kelompok lainnya menjadikan pemerintahan Abbasiyah mengalami kesulitan untuk mempersatukan berbagai faham keagamaan yang ada.
4.      Perang Salib
Perang salib merupakan sebab dari eksternal ummat Islam. Pernag salib yang terjadi beberapa gelombang banyak menelan korban. Konsentrasi dan perhatian Bani Abbasiyah terpecah belah untuk menghadapi tentara salib sehingga memunculkan kelemahan-kelemahan.
5.      Serangan Bangsa Mongol
Serangan tentara mongol ke wilayah Islam menyebabkan kekuatan Islam menjadi lemah, apalagi serangan Hulagu Khan dengan pasukan Mongol yang biadab menyebabkan kekuasaan Abbasiyah menjadi lemah dan akhirnya menyerah pada kekuatan Mongol

E.     Masa Akhir Kekuasaan Bani Abbasiyah
Akhir dari kekuasaan Bani Abbasiyah adalah saat Baghdad dihancurkan oleh pasukan Mongol yang dipimpin oleh Hulagu Khan (656 H/1258 M). Ia adalah saudara dari Kubilay Khan yang berkuasa di Cina sampai ke Asia Tenggara, dan saudaranya Mongke Khan yang menugaskannya untuk mengembalikan wilayah-wilayah sebelah barat dari Cina kepangkuannya. Baghdad dihancurkan dan diratakan dengan tanah. Pada mulanya Hulagu Khan mengirim suatu tawaran kepada  Khalifah Bani Abbasiyah yang terakhir Al-Mu’tashim billah untuk bekerja sama menghancurkan gerakan Assassin. Tawaran tersebut tidak dipenuhi oleh khalifah. Oleh karena itu timbullah kemarahan dari pihak Hulagu Khan. Pada bulan september 1257 M, Khulagu Khan melakukan penjarahan terhadap daerah Khurasan, dan mengadakan penyerangan didaerah itu. Khulagu Khan memberikan ultimatum kepada khalifah untuk menyerah, namun khalifah tidak mau menyerah dan pada tanggal 17 Januari 1258 M tentara Mongol melakukan penyerangan.
BAB II
KEBUDAYAAN PADA MASA DINASTI ABBASIYAH


A.    Kondisi Sosial
Pada masa dinasti umayyah, kelas kaum muslimin arab yang tinggal di suriah menempati tingkatan yang tertinggi. Hal itu menimbulkan kecemburuan masyarakat islam lainnya. Akhirnya,hal itu menjadi sebab utama runtuhnya dinasti umayyah. Kekecewaan yang terus menerus membuat mereka membrontak.
Keluarga barmak adalah keluarga bangsawan terpandang asal balkh, Persia. Khalid bin barmak adalah orang pertama dari keluarga barmak yang membina hubungan dengan cara khalifah dinasti abbasiyah. Mereka ikut berjuang dalam gerakan dakwah dinasti abbasiyah dan ikut berperan besar dalam proses berdirinya dinasti ini.khalid bin barmak berjasa besar dalam usaha meredakan pembrontakan di Mesopotamia. Untuk beberapa saat lamanya, ia menjadi gubernur di sana.
Interaksi bangsa arab dengan bangsa-bangsa non-arab itu memberikan khazanah baru dalam bidang social dan budaya. Selama pemerintahan dinasti abbasiyah tidak ada pembelaan kelas antara penduduk arab dan non-arab. Dengan demikian,mereka mampu memberikan sumbangan yang penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan peradaban.

B.     Kemajuan Kebudayaan
Di sisilia, hal yang hamper sama juga terjadi. Raja Normandia, Roger I menjadikan istananya sebagai tempat pertemuan filsuf, dolter-dokter, dan ahli islam lainnya dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan. Ketika Roger II menjadi raja, ia bahkan lebih terpengaruh budaya arab. Pakaian kebesaran yang dipilihnya adalah pakaian arab. Gerejanya dihiasi dengan ukiran dan tulisan-tulisan arab. Wanita Kristen sisilia meniru wanita islam dalam soal mode pakaian.
Perkembangan kebudayaan pada masa dinasti abbasiyah juga di tunjukan oleh ada peninggalan-peninggalan bersejarah. Peninggalan itu, antara lain berupa istana,masjid,dan bangunan lainnya. Peninggalan bersejarah itu banyak yang masih dapat disaksikan hingga saat ini dan menunjukkan betapa tingginya peradaban yang telah dicapai umat islam pada waktu itu.

C.    Kemajuan Politik Dan Militer
Perkembangan politik dan militer dinasti abbasiyah terbagi kedalam lima periode. Dalam setiap periode terjadi perubahan pemegang kekuasaan, system pemerintahan, dan kebijaksanaan militer. Pembahasan berikut ini akan mengemukakan perkembangan politik dan militer dinasti abbasiyah pada setiap periode tersebut.
1.      Periode Pertama
Periode ini di sebut juga periode pengaruh Persia pertama. Hal itu disebabkan pemerintahan dinasti abbasiyah pada periode ini di pengaruhi dengan sangat kuat oleh sebuah keluarga dari bangsa Persia, yaitu keluarga barmak. Pendiri keluarga barmak yaitu Khalid bin barmak , adalah orang yang ikut berjasa dalam usaha militer dinasti abbasiyah ketika menumbangkan dinasti umayyah.

Usaha militer merupakan usaha yang terus menerus dilakukan oleh para khalifah
dinasti abbasiyah sejak yang pertama hingga khalifah terakhir. Tegaknya pemerintahan dan Negara bias terwujud dengan dukungan bala tentara dan system kemiliteran yang kuat. Usaha mendirikan kekhalifaan dinasti abbasiyah melalu gerakan militer merupakan usaha militer pertama dari dinasti tersebut. Setelah itu, usaha militer dilakukan dalam mempertahankan kebutuhan Negara dari ancaman pembrontakan dan serangan kerajaan lain.

2.      Periode Kedua
Periode ini merupakan periode pengaruh turki yang pertama. Para perwira militer turki betul-betul mendominasi pemerintahan dinasti abbasiyah. Figur khalifah hanya menjadi symbol di istana bagdad. Orang-orang turki itu berbuat sekehendaknya dan bahkan ikut campur tangan dalam penggantian khalifah. Mulai periode ini hingga periode keempat, peran politik khalifah bias dikatakan hilang. Mereka hanya bias menjadi symbol keagamaan bagi para pejabat negar dengan member legitimasi keagamaan bagi setiap kebijakan yang di ambil oleh mereka.

Khalifah ar-Radi kemudian di gantikan oleh al-Muttaqi. Akan tetapi, ia hanya merupakan boneka dari seorang jenderal turki yang bernama tuzun. Pada masa pemerintahannya, orang-orang yunani menyerang Edessa dan membunuh kaum muslimin.



3.      Periode Ketiga
Periode ini merupakan periode pengaruh Persia kedua. Setelah khalifah al-Muttaqi meninggal, Tuzun mengangkat al-muktafi pada tahun 944 M sebagai khalifah. Pada masa khalifah al-muktafi ini terjadi perubahan politik yang sangat penting. Di masa itu, muncul penguasa baru dari daerah dailam yaitu dinasti buwaihiyah . untuk mengurangi dominasi para pengawal turki, khalifah al-muktafi mengundang dinasti buwaihiyah ke bagdad.

Pada masa itu, para khalifah bahkan kehilangan legitimasi keagamaannya. Posisi mereka sebagai khatib shalat jum’at diserahkan kepada orang-orang dinasti buwaihiyah. Hal itu disebabkan, dinasti buwaihiyah menganut aliran syi’ah, sedangkan dinasti abbasiyah menganut aliran suni.
4.      Periode Keempat
Khalifah al-Qaim mengawali pemerintahan dinasti abbasiyah pada periode ini. Periode ini disebut periode pengaruh turki kedua. Masuknya pengaruh turki ini dimulai pada masa khalifah al-Qa’im  yang tidak menyukai dominasi dinasti buwaihiyah. Khalifah al-Qaim ingin melepaskan diri dari pengaruh dinasti buwaihiyah. Pada tahun 1055 M, terjadi kekacauan yang disebabkan oleh pertikaian internal dinasti buwaihiyah di bagdad.

5.      Periode Kelima
Kehancuran dinasti abbasiyah dating seiring dengan serangan hulagu khan pada tahun 1258 M. kota bagdad dan berbagai peninggalan bersejarah dihancurkan. Khalaifah al-Musta’sim dan keluarganya di bunuh. Dengan demikian, berakhirlah kekuasaan dinasti abbasiyah. Kekuatan politik dan militernya yang begitu unggul pada masa sebelumnya lenyap saat itu juga. Setelah itu, bagdad dan wilayah islam lainnya jatuh dalam kekuasaan bangsa mongol.










DAFTAR PUSTAKA

Dewan redaksi ensiklopedi islam. 1994. Ensiklopedi islam. Jakarta: PT Ichtiar Baru van hoeve.
Esposito, john. L. 1999. The oxford history of islam. Oxford: oxford history press.
Khalid Muhammad. 1992. 60 sahabat rasululla. Bandung:CV diponegoro.
Penerjemah: H. Samson rahman. Jakarta: akbar media sarana.
Yatim, badri,1993. Sejarah peradaban islam: dirasah islamiyah II. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Posting Komentar

0 Komentar